Baru semingguan ini kami menempati kontrakan baru kami. Seperti biasa, kerjaan saya di awal-awal tinggal adalah berkeliling mengenal lingkungan dan menyambangi tetangga terdekat. Tetangga yang dalam konteks Denpasar sudah dapat tertebak di awal tatapan, mana yang kemudian akan berasa saudara mana yang kelihatannya akan sulit sekali.
Sebelum genap seminggu, ketika rumah belum sempurna nyaman ditempati, suami sudah ditugaskan ke luar kota. Empat hari tiga malam, Balikpapan. Kegiatan pelepas bosan mulai terancang di kepala. Perbanyak main di luar pada terang hari dan main di ruangan di sisa malamnya sukses membuat Nidal tidak rewel bosan. Tapi satu yang paling terasa. Betapa saya membutuhkan TV sebagai hiburan yang paling berharga untuk mengusir sepi. Mengusir suara gonggongan anjing yang ramai di malam hari. Horor.
Sayangnya, tepat di malam pertama, di tengah tidur malamnya yang lelap, Nidal terserang demam. Sampai pukul 3 pagi dia sulit terpejam lagi karena panas tinggi. Tidurnya sebentar sebentar sekali.
Dari malam pertama hingga malam selanjutnya demamnya tak putus. Dalam 24 jam pertama itu drama gendong nenen tidur nangis terus berlangsung. Bingung antara memberi makan diri sendiri dengan berjuang menawari Nidal berbagai makanan. Antara selalu memberi kenyamanan si pasien kecil dengan mengutamakan kesejahteraan janin.
Di malam panjang kedua, tidurnya makin tak tenang. Obat penurun panas yang diminum setiap 6jam hanya membantu di 2 jam pertama. Tengah malam Nidal terbangun panas tinggi lagi. Satu yang bisa membuat dia merasa lebih baik. Disusui sambil dipeluk pangku. Skin to skin. Seketika badan saya ikut merasa panas sekali. Untuk Nidal yang mudah protes, metode ini jauh lebih efektif daripada kompres. Konsekuensinya, saya harus tetap duduk terjaga. Sekali kali bisa menyandar sambil memejamkan mata, sampai Nidal terbangun resah karena panasnya naik lagi. Sampai sisa 4jam penantian waktu minum obat tiba. Sejam setelah minum obat panasnya berangsur turun dan Nidal bisa ditidurkan di kasur lagi. Dan saya bisa ikut tidur di sisa malam terakhir.
Malam panjang ketiga, bagai mengulang episode malam sebelumnya. Doa agar tidak ada gejala yang menunjukan kedaruratan lebih khusyuk dipanjatkan.
Dari tiga hari tiga malam yang saya lalui seorang diri itu, ada insight yang ingin saya bagi:
Pertama, stock makanan setengah jadi di kulkas. Jika suami akan bertugas keluar kota lagi, penting untuk menghadirkan bahan makanan setengah jadi di freezer. Ayam ungkep, ikan yang sudah dibumbui, bumbu masak yang sudah dihaluskan, bahkan sekedar potongan sayuran beku. Dan penting juga untuk menyediakan stock makanan kesukaan Nidal.
Kedua, stock paracetamol. Ini sudah wajib di kalangan ibu-ibu pastinya. Alhamdulillah Sanmol di laci tidak saya buang waktu beberes pindahan rumah. Untuk termometer, Nidal mengamuk hebat jika dipasang termometer di ketiak. Jadi kalau ada rejeki lebih, belilah termometer tembak. Walaupun katanya tidak seakurat yang konvensional tapi setidaknya kita tau kisaran suhunya. Dibanding tidak tau sama sekali karena tidak pernah berhasil dipasangi termometer.
Ketiga, sebelum malam panjang dimulai, bawa serta seluruh perlengkapan yang kira-kira dibutuhkan ke dalam kamar. Baju ganti, popok, cardigan dan jilbab (untuk saya), perlengkapan shalat, cemilan, air minum yang banyak, gendongan, buku cerita, charger, dan sebagainya. Letakkan di tempat yang mudah terjangkau. Karena tidak ada orang lain yang bisa kita mintai tolong ambilkan sesuatu ketika anak rewel.
Keempat, nomor emergency. Bahkan saya tidak menyimpan nomor taxi, nomor ambulan, dan tidak tau rumah sakit dengan ugd 24 jam mana yang harus saya tuju jika terjadi apa apa. Yang saya punya hanya nomor hp tetangga yang baik hatinya, dan klinik prakter dokter (yang jam prakteknya hanya pagi dan malam) yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Di saat saat “wait and see” selama 72 jam ini, bisa saja timbul gejala darurat yang mengharuskan si bayi segera dibawa ke UGD.
Kelima, selain bantal menyusui untuk menyangga si bayi, sepertinya bantal leher berguna juga agar kita bisa tidur duduk di malam hari. Jadi kepikiran buat beli.
Hari ini Nidal masih demam, hari ini insya Allah Ayah pulang. Ah, Nak. Semoga tidak ada yang serius dengan penyakit mu.
nanay
/ 15 September 2013MasyaAllah bunda kamu keren sekali..
ibu muda yg sangat tangguh
*peluks dr jauh*
Dedek nidal yg soleh syafahallah semoga tidak ada penyakit yg serius ya.. cepet sehaat, ceria lg.. biar bundamu bahagia lagi ^-^
hananikaru
/ 15 September 2013Ga juga nay.. Gw kepayahan banget kalii.. @.@. Alhamdulillah malem ini ga demam tinggi lagi nidalnya, anget doank. Insya Allah ga ada apa apa, aamiin!
Enje
/ 15 September 2013Hana kereeennnn 🙂 *kayak lagi di samping Hana jagain Nidal. Dua jempol buat Hana. Syafaahullah, Nidhol 😀
hananikaru
/ 18 September 2013Empat jempol buat Nje. Blognya makin gahuull.. Makasi doanya..